Minggu, 02 November 2014

Dalil Tawa Den Kamat

Den Kamat masih ngglesor saja pagi ini. Dam di utara masjid jami' itu menjadi tempat favoritnnya melakukan ritual itu.di hamparan rumput hijau berembun, tetap saja dia tak kedinginan.Orang orang yang sering lewat jalan raya di sebelahnya pun sudah tak kaget, maklum saja, Den Kamat kan sudah mendapat predikat gila dari kaca mata umum.
Hari ini Den Kamat amat girang. bagaimana tidak, di Masjid ada sekelompok pemuda yang sedang menggebu-gebu, gebuk sana sini masalah keseharian warga sekitar. bahkan barusan Den Kamat dibuat amat terpingkal- pingkal sampai guling-guling di halaman masjid, ketika melihat seorang pemuda yang tiba-tiba menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"keluar ! KELUAR !" bentak pemuda itu.
yang punya hajat di dalam kamar mandi agak terganggu ritualnya.
"Cara masuk kamu ke kamar mandi SALAH, tidak Syar'i, harus diulang ! "bentaknya lagi.
Si empu hajat kini membukakan pintu.
"ada apa, Mas Ustad?"
"kamu salah,harusnya kaki kiri dulu kalau masuk kamar mandi !" ia semakin menggebu.
"Nabi Bersabda......."
belum jadi pemuda itu mengobral dalil, Den Kamat nyelonong sambil jingkrak-jingkrak.
"HAHA... HAHA... kowe wes bener, Kang, HAHA... HAHA... mlaku nganggo sikil, wes bener HAHA... HAHA... ora nganggo tangan, HAHA... HAHA... opo meneh nganggo endas, HAHA...HAHA..." Den Kamat berbicara pada si empu Hajat.
"Kowe Ustad, Kowe ustad, HAHA.... HAHA...HAHA" Den kamat tak terbendung lagi, guling-guling, jingkrak-jingkrak.
Si empu hajat terssenyum, masuk melanjutkan hajatnya yang masih tanggung.
sementara si Pemuda yang "ustad" tadi mlongo tak mengerti, jangankan paham,  dia saja nDak bisa basa jawa. kalaupun paham mungkin dia sudah mengambil pentungan- yang tadi ia dan teman temanya "kutuk" saat diskusi. Lebih tak paham lagi pemuda yang "ustad" tadi, kalau ternyata si empu hajat tak punya kamar mandi di rumahnya. pagi ini pun ia lari sipat kuping ke kamar mandi masjid, "hanya" untuk menyalurkan hajatnya. jangankan memperhatikan langkah kaki ketika masuk kamar mandi, ia saja tak sadar kalau kamar mandi yang ia gunakan khusus untuk wanita.
Den Kamat semakin tak terbendung, polahnya bagai orang gila kesurupan. sambil terus tertawa, ia menuju tempat favoritnya.
Den Kamat duduk termenung, menangis.meraung,  air matanya deras, sederas aliran Dam di depannya .

Senin, 22 September 2014

ini

nafas panjang nikmat malam ini
kegelapan langit cerah malam ini
semerbak wangi ngeri malam ini
hanya sendiri
disini
di tempat yang ramai sebelum datang malam ini
semua pergi
untuk kembali

Jumat, 12 September 2014

LIRIK JALAN

LIRIK JALAN

lelah kaki menginjak tanah mendaki
suram mewabah muram mewajah
kaki saling injak
wajah saling marah
siapa sanggup bijak?
siapa sanggup ramah?
bukankah kita sama berpijak dalam melangkah?

Minggu, 07 September 2014

Di Pojok kota

angkringan mengepulkan asap lirih
tipis mengalir sepanjang pinggiran jalan aspal dingin
kehangatan telah kabur sejak kemarin sore
ketika keringat tak mengalirkan setetes rupiah
hanya tinggal gemericik receh yang melekat di tiap selaput otak
terpenjara...............................................................................
kepulan semakin menebal
aspal semakin dingin